Telat

Aku melirik jam di tangan, sudah lewat 3 menit! Kupercepat lariku, walaupun tahu bahwa itu hanyalah usaha sia-sia. Aku sudah telat!

“Tidak apa-apa,” kataku menenangkan hati.

Aku mulai memasuki ruangan dan mengetuk pintu. Seketika semua mata di dalam ruangan ini melihat ke arahku. Termasuk  bosnya yang terlihat mulai bete.

“Kamu tahu sudah jam berapa ini, Feri?,” tanya bosnya.

“Iya, pak.” Jawab Feri memelas. “Tadi ban mobil saya bocor.” Jawabnya lagi berharap sang bos tidak semakin marah.

“Kamu ini! selalu saja alasan, seharusnya kamu tau kalau ada meeting, maka berangkatlah lebih awal,” sanggah bosnya seolah tak mau tau.

Feri hanya bisa membisu, dia tau kalau dia semakin beralasan, bisa-bisa dia disuruh keluar dari ruangan ini.

Keesokan harinya, Feri berencana menemui seseorang di sebuah cafe, di daerah Kemang. Nampak seorang perempuan sederhana dengan paras manis. Dia adalah Intan, kekasih yang selama ini dekat dengan Feri.

Perempuan itu nampak gelisah, dilihatnya berulang-ulang jam di tangannya.

“Hmm, pasti dia ga bakalan dateng lagi deh, alasan apalagi kali ini?”.

Benar saja, setelah ditunggu hampir 2 jam, Feri tak memperlihatkan batang hidungnya. Intan hanya bisa menghela nafas, menahan rasa rindu bercampur dengan rasa kesal. Hal ini bukan pertama kali Feri lakukan. Seringkali ia berjanji akan menemui Intan, tapi selalu saja ada alasan. Entah itu sibuk urusan pekerjaan, atau sedang didatangi oleh ayahnya, dan alasan lainnya.

Tapi begitulah Intan. Sekalipun dia selalu dibuat kesal oleh kekasihnya itu, yang selalu bilang bahwa dia peduli, yang selalu bilang kalau dia akan ada disaat Intan butuh dan tetap sayang, Intan tetap saja mengharapkan agar waktu bisa mempertemukan mereka, meskipun beberapa kali Intan sempat memutuskan hubungan dengannya. Tidak bisa dipungkiri, sosok Feri masih tersimpan rapi di hatinya.

Sebuah catatan dengan tinta warna hitam tergores dalam sebuah buku berukuran A5.

“Lelakiku, sedih rasanya ketika kamu hanya membuat janjimu sebatas perkataan. Beberapa kali kamu ingkar menemuiku dengan sejuta alasan. Aku memang seringkali memintamu untuk menjauh dariku, tapi jangan seperti ini padaku.. Kamu seolah mempermainkan perasaan ini. Aku bersedia menekan egoku dan merendahkan hatiku untuk selalu menyapamu, itu kulakukan karena aku masih memiliki rasa ini. Aku masih belum bisa melupakanmu, lelakiku. Aku hanya minta untuk terakhir kalinya padamu, jangan pernah menyia-nyiakan sebuah waktu dan “moment” bersama orang yang mengasihimu, dan jangan pernah berucap atau berjanji yang tak bisakamu penuhi, karena itu akan membuatmu menyesal. Aku yang masih menyimpan rasa ini untukmu, Lelakiku (Feri).” Tertanda tangan,“Intan”.

“Maafkan aku, Intan, aku tidak ingin membuat janji palsu lagi sama kamu. Tapi sekarang, aku berada di sini, di hadapan nisanmu untuk mendoakanmu. Aku rindu sama kamu, Intan”. Feri  terisak seraya memeluk nisan tertuliskan nama “Intan binti Sudiatmo”.

Feri menutup buku tersebut dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Dia tidak pernah menyangka, hubungan terlarangnya bersama Intan harus berakhir melalui kematian. Intan kini sudah tenang di surga karena kecelakaan maut yang dialaminya. Dan berita kematian Intan pun baru Feri dapatkan seminggu setelah Intan meninggal melalui suami Intan. Dan lagi, kali ini Feri “Telat”.

images1

Ilustrasi gambar by google

Prompt 3 challenge – TELAT

484 kata.

40 comments on “Telat

  1. ummunawazim says:

    oh tragis….penyesalan memang selalu datang diakhir. keren ceritanya mak…:-)

  2. Carra says:

    mak..mak… itu diawal pake “aku” kan… trus tiba2 jadi Feri… rada bingung akunya… itu si “aku” itu Feri kah? 😐

  3. linda says:

    mbak saya kok agak bingung ya sama point of view-nya hehe…kan awalnya pake “aku” jadi dia orang pertama….ini terus pake “feri” jadi orang ketiga serba tahu soalnya ada isi pikiran intan juga…maaf mbak kalo saya salah baca hehe

    • Jawabannya sama seperti yg aku tulis buat mak Carra ya mak Linda. Hehehe, maaf ya kalu masih acak-acakan. Dalam pikiranku seperti sudah tersambung, tapi dari pembaca masih kurang ya? Okseip, belajar lagi. Ma kasih ya

  4. srisugiarti says:

    menurut aku bagus mak karya nya….walau terus terang aku kurang bisa komen tulisannya …tapi dari segi karyanya patut di acungi jempol deh…

  5. amriltg says:

    Kereen tulisannya. Kesan saya : terlalu “straight”. Salah satu yg paling berkesan dari flash fiction adalah hentakan kejutan di endingnya yg kerapkali susah ditebak oleh pembacanya, selain tentu saja kemampuan merangkai kata yang singkat namun sarat makna, Ngomong2 baca kisah ini jadi ingat kisah Narsis saya yg ini : http://daengbattala.com/narsis-3-perempuan-yang-menghilang-di-balik-hujan/ :)). BTW, keep writing mbak 🙂

  6. irmasenja says:

    hemmmm, hemmmmm…….. koment ku udah via bbm #ngikik :p

  7. arie says:

    Keren mak,,, jadi pengen sedih,,, sampe mau nangis, tapi malu soalnya aku kan tatoan,, masa nangis,,,jadi inget kisah pribadi aku,, soalnya pernah punya cwe kaya gtu,, padahal aku dah janji sm dia di suatu tempat eh dia tiba2 rubah rencana ditempat laen dengan seenaknya,, aku ga mau, soalnya pacarku tuh kl dah maunya dia yah harus diturutin,, padahal aku cuma mau kasih pelajaran ke dia,, eh sampe akhirnya dia meninggal dan ga sempet ktemu,,, tapi namanya lia bukan intan,,, ehh kok aku malah curhat yah,,, pokoknya cerita teh mira keren deh,,,, dua jempol buat teteh

    • Hai mas Arie. Wah, ko bisa samaan ya kisahnya? Kalau dari sisi “Si Intan” ini, saking rindunya dia sama si Feri, maka wajar kalau Intan ngotot pengen dituruti maunya (namanya juga, ceritanya lagi kesengsem). Dalam cerita ini kan dikisahkan, si Feri ini selalu ingkar janji. Jadi, seharusnya si Feri berusaha memperbaiki kesalahannya dong. Beda sama mas Arie, yang malah kasih pelajaran ke ceweknya. Ko setega itu? Di mana hatinya dong? Yah, akhir cerita ini dikisahkan ada kematian, tandanya memang sudah tak ada lagi yang bisa Feri harapkan dari Intan (tamat). Eniwey, ma kasih sudah berkunjung

  8. kinzi hana says:

    waduhh intan kok celingkuhh

  9. Helda Fera says:

    Wah, ternyata ada hal yang terungkap di akhir cerita, mengalir Mbak, tapi iya point of view nya ya dari aku ke Feri kayaknya loncat *ngingetin diri sendiri juga :D.

  10. Yati Rachmat says:

    MakPon Mira Sahid, bagi bunda yang awam dalam menulis FF rada membingungkan tentang alurnya, namun isi cerita sangat manfaat buat disimak oleh para isteri-isteri muda supaya gak selingkuh, hehehehehe…..Kalau Allah sudah murka tapi Dia menyayangi umatNya sebuah kejadian tak terduga diciptakanNya untuk segera mengakhiri “keselingkuhan” sang umat yang disayangiNya. Se-7 sama Mak RedCarra tentang penggunaan Aku dan Feri yang bisa menjadi “rancu”. Saluut buat semangat menulisnya.

  11. nisamama says:

    mak,, prompt nya ada yang kurang, di awal ada “Gawat!” … hihihi ^_^

  12. Miss Rochma says:

    mbak mira, aku agak bingung sambungan antara feri yang telat dateng di kantor sama waktu telatnya feri dapat kabar meninggalnya intan. seperti butuh beberapa kalimat lagi buat nyambungin 🙂

    tapi isi suratnya, uh, kudu dicatet buat diingat terus 🙂

    • Sebetulnya aku justru mengangkat tema :TELAT” nya itu, dalam situasi yg berbeda, si feri emang suka telat dan dia akan menyesal dengan kebiasaan telatnya itu. Hihihi, masih perlu banyak dikunyah ya

  13. Nathalia DP says:

    bagus..
    menurut saya ‘Feri’-nya ganti aja sama ‘aku’ mba 😀

  14. Orin says:

    Wuiiihhh…jadi sering berfiksi ya Mir 😉 lanjutkaaannn^^

  15. diah indri says:

    duh feri telatmu dobel2 😦

  16. ranny says:

    “Tadi ban mobil saya bocor.” Keknya mak lebih tepat “Tadi ban mobilku bocor.” Krn pake aku kan dr pertama 😀 *imo* mgkn ada yg lebih tau..
    Perpindahan aku ke feri, dan keknya ada yg lost dikit yah seperti mak rochma katakan.
    Overall,ceritanya suka mak,makna nya itu loh.suka tulisan yg ada maknanya..coba sekali lg dipoles,pasti perfecto maak 😉
    Smangaaaad…diriku jg msh belajar

  17. Ok ssiap mak, feel free to give advice yak, muah

  18. Pertama kali baca tulisan ini kemarin, belum ada yang komen. Saya malah bingung mau komen apa. Soalnya, emang binguuuung… hehehe.. antara “aku” sama “Feri”, dan antara kerjaan kantor ke pertemuan dengan Intan. Duh, ga ngerti alurnya 🙂 maaf ya mak… tapi sekarang paham setelah baca komen temen-temen..
    salam kenal mak 🙂

    • Hai mak, salam kenal juga. Its okay, kalau bingung kan brarti harus ada yg diperbaiki, dan dr situ kita bisa belajar bukan? Senang ko banyak masukan, apalagi ini dalam rangka prompt yg dilaksanakan serentak. *Aselinya, aku memang bukan tukang fiksi hihhihi

  19. rinibee says:

    Kebiasaan telat ternyata di segala kejadian ya?

  20. Wah.. ternyata si Intan itu sudah menikah toh, tapi masih mikirin si Feri nih … keren ide ceritanya mak Mira, cuman memang ada sedikit bagian yg perlu disambungin spt komen temen2 diatas .. :))

  21. yantist says:

    idem sama teman2 yang lain ya MakPon. PoVnya aja 🙂
    Aku rindu sama kamu, Intan”. Feri terisak — ini harusnya titiknya di dalam tanda petik kan Mak? Sama2 belajar ya mak. Saya juga sok kasih komentar nih, padahal masih belajar juga 🙂

  22. bah, istri org rupanya

  23. Mira Aqila says:

    mak….

    idenya oke… aku boleh nitip kripik yaaaaaa…

    itu di kalimat “Hmm, pasti dia ga bakalan dateng lagi deh, alasan apalagi kali ini?”. intan yang ngomong kan?? soalnya ga ada kata2 yang menunjukan itu intan… jadi aku agak rancu dan baca 2 kali….
    soo far bagussssssssssssssss 🙂

Leave a reply to Nathalia DP Cancel reply